Oleh: Mulyadi Saputra
Foto: Andre Navrada |
Kalau berbicara
animasi, Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal oleh negara lain. Betapa
tidak, negara lain sudah punya film animasi yang menjadi keunggulannya.
Sedangkan Indonesia masih belum terlihat, namun dengan keberadaan Indonesia
yang belum memiliki keunggulan dalam bidang animasi, banyak orang terus
berjuang untuk hal itu. Salah satunya Hanitianto Joedo, SH seorang pakar
animasi Indonesia dan Direktur Jogja Animations, terus berusaha menggeluti
animasi dan menciptakan karya-karya animasi dan saat ini berusaha menciptakan
pelaku-pelaku animasi di Indonesia.
Menurutnya animasi di
Indonesia kurang berkembang karena paradigma masyarakat mengenai animasi masih
sebatas, bahwa animasi adalah film konsumsi
anak-anak. Padahal animasi bisa masuk keseluruh kalangan. Joedo juga ingin membangun apresiasi masyarakat terhadap animasi, dengan visi “beyond animations for better future” dan “animations for all” untuk menjadikan “animasi sebagai bagian dari hidup masyarakat”, karena menurutnya animasi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
anak-anak. Padahal animasi bisa masuk keseluruh kalangan. Joedo juga ingin membangun apresiasi masyarakat terhadap animasi, dengan visi “beyond animations for better future” dan “animations for all” untuk menjadikan “animasi sebagai bagian dari hidup masyarakat”, karena menurutnya animasi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
“Mengubah paradigma artinya mengubah padangan dengan
mendidik pasar, seperti apa sih animasi, bagaimana prospeknya dan sebagainya,
itu baru satu hal yang mendasar. Karena perfilman Indonesia hanya mengikuti
pasar, mereka tidak berani mencoba untuk membuka atau mendidik pasar. Coba saja
lihat, begitu film religi laris, semua bikin, begitu film horor lari mereka
ikut. Makanya saat ini saya sedang produksi film animasi untuk layar lebar,
supaya banyak yang ikut,” terang Hanitianto yang akrab disapa Joedo ini.
Joedo
menggeluti animasi sudah sejak tahun 2000 silam, meski latar belakang pendidikannya
seorang sarjana hukum dari Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta. Pada
awalnya, ia diajak bergabung oleh salah satu studio animasi di Jakarta yang
sedang membuat serial animasi religi 30 episode. Hingga pada akhirnya ia pernah
membuat film animasi untuk luar negeri, yaitu untuk Australia dan Malaysia.
Lalu mendirikan Sekolah Animasi yang diberi nama ‘Padepokan Animasi’ di
Yogyakarta, lalu melebarkan sayap dan membukan di Surakarta, dan untuk semarang
masih direncanakan untuki buka pada bulan Oktober 2011 ini.
“Saat
itu saya merasa menemukan sesuatu yang menggugah spirit dalam diri untuk mulai konsen di dunia animasi. Sejak saat
itu saya mulai mempelajari berbagai hal di dunia animasi, khususnya dalam hal
industri dan bisnisnya yang sampai saat ini pun belum ada yang menanganinya
dengan baik dan benar,” tambah Joedo, yang saat ini juga sebagai ketua Asosiasi Industri Animasi kreatif Indonesia (Ainaki).
Tak henti disitu saja, Joedo yang saat ini juga sebagai dosen
di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (USM)
Surakarta ini juga bercita-cita ingin menyaingi Studio Disney, Pixar, Dream Works. Meski belum bisa terwujud dengan singkat,
namun tekadnya itu akan didahului dengan niatnya untuk membuat serial animasi
lokal ada disetiap stasiun televisi Indonesia.
“Saya
juga ingin menjadikan animasi Indonesia bisa laku
di internasional bukan untuk saya saja, saya hanya menyiapkan jalan kesana,
tapi siapapun boleh memanfaatkannya. Saya sudah cukup puas jika ada teman
animator yang bisa menembus itu,” jelasnya.
Laki-laki yang murah
senyum dan sering bercanda ini menetap di Sleman, Jogjakarta, dengan terus
konsentrasi dalam hal animasi. Dengan
motto hidupnya ‘START from SMALL and
START from NOW!’ diyakini dapat menjadi pecut untuk terus bergerak mengajak
setiap orang menggluti dunia animasi, karena animasi bukan hanya menjadi
hiburan dan pendidikan serta profesi dan karier.
“Animasi bisa menjadi
bagian dari hidup masayarakat, yang dapat menjadi hiburan dan pendidikan serta
profesi dan karier mereka, disamping menjadikan animasi sebagai industri
kreatif primadona Indonesia yang dapat menyumbang devisa negara serta menjadi
salah satu solusi dalam mengatasi masalah sosial dan ketenagakerjaan,” katanya.
Namun siapa sangka,
ternyata pria kelahiran 16 Oktober 1963 ini pernah terjun ke dunia entertainer. “Saya pernah masuk ke dunia
entertainment pada tahun 1999 dengan mendukung beberapa program acara di
televisi seperti quiz ‘apa ini-apa itu’, ‘russian-roulette’, ‘pundi-pundi’,
‘warna-warni’ dan sebagainya,”
pungkasnya.
*Tulisan ini pernah
dimuat di Majalah Cyber
No comments:
Post a Comment