January 30, 2013

Galih Sedayu : Jangan Berfikir Uang Dulu


Foto: Andre Navrada
         Di dunia fotografi dan kreatif siapa yang tak mengenal Galih Sedayu, sosoknya sering menghiasi ruang-ruang seminar di berbagai komunitas di Kota Bandung, sebagai pembicara hingga menjadi juri dalam perlombaan-perlombaan fotografi. Namun aktifitasnya tak hanya di bidang fotografi semata, di berbagai komunitas kreatif di Kota Bandung ia terlibat dan bahkan menjadi penggerak dan pendirinya. Tentu kesibukannya luar biasa, namun menurutnya orang sibuklah orang yang memiliki waktu, begitupula sebaliknya.
           Sebagai pendiri dan pengelola sekolah foto dan manajemen, Air Foto Network, Galih juga menjabat sebagai, Sekertaris Program Bandung Creative City Forum (BCCF). “Prinsip saya, orang sibuk itu adalah orang yang banyak waktu. Orang yang tidak punya waktu justru adalah orang yang tidak punya waktu. Intinya, bagaimana kita mengatur waktu. Saya pikir, pekerjaan apapun kalau kita senang, pasti tidak menjadi beban. Saya pengelola di APC Institut, ini termasuk industri kreatif, dan di BCCF saya sebenarnya belajar. Saya tidak pernah sekolah ekonomi kreatif, jadi belajar dan cari ilmu di sana, dan yang paling penting disana mendapatkan jaringan,” ujar Galih yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Komunitas, Komite Pengembangan Ekonomi Kreatif Jawa Barat Divisi Komunitas Wilayah Cekungan Bandung.
           Galih, menekuni fotografi sejak tahun 1996, namun masuk ke fotografi professional pada tahun 1999. Ia mengakui dalam menggeluti, semua berawal dari otodidak, karena pada masa itu belum ada kursus atau sekolah fotografi. “Semua berawal dari otodidak, karena saat itu belum ada kursus fotografi, internet juga belum kayak sekarang. Tapi saya mensyukuri banyak tawaran ngajar di kampus atau sekolah, meski saya bilang kalau tidak punya basic sekolah fotografi. Mereka hanya bisa melihat dari pengalaman dan jam terbang saya itu saja,” kata Pendiri Cawan Photo Space, Ruang Publik Komunitas Fotografi ini.
         Sedangkan untuk dunia kreatif selain fotografi, pria kelahiran Cianjur, 7 November 1975 ini mulai terjun sejak ia mengenal BCCF. Menurutnya, kunci untuk terjun ke bidang ini ada tiga hal diantaranya, pertama, bekerja sebaik mungkin maka uang akan datang dengan sendirinya. Kedua, network atau jaringan yang bisa menghantarkan ke pengguna dan lainnya. Terakhir, berjiwa entrepreneurship, yang bisa mengatur dan berani mengambil keputusan.
       “Kalau mau terjun ke bidang kreatif, jangan dulu memikirkan bagaimana menghasilkan uang. Justru prinsipnya harus begini, bekerjalah seolah-olah tak butuh uang. Bekerja sebaik mungkin otomatis uang akan datang. Investasi terbesar menurut saya adalah network, dengan memiliki jaringan maka akan menghasilkan informasi bahkan mendatangkan uang. Lalu, berani jadi entrepreneurship, karena ini pilihan. Kenapa tidak anak-anak muda yang baru lulus kuliah, berani buka usaha sendiri dan hasilkan lapangan kerja?” terang Galih yang juga sebagai staf Pengajar Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) ini.
      Ia meyakini dari komunitas kreatif yang banyak dibentuk bersama rekan-rekannya tersebut dapat menjadi solusi permasalahan yang ada di Kota Bandung, bahkan di wilayah lain. Tak hanya itu, terkadang karya kreatif dari komunitas-komunitas itu juga bisa menjadi alat untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.
        “Pengalaman saya dalam Komunitas Fotografi, dulu saya pernah pameran foto kerusakan karst Citatah, Padalarang. Tebing disana sudah rusak parah, dikeruk hingga digranat untuk diambil hasilnya. Nah, dengan dilihatnya foto-foto itu, masyarakat dan pemerintah terketuk hati mereka. Setelah pameran itu pemerintah menghentikan aktivitas pengerukan tebing di sana,” lanjutnya.
       Komunitas, menurut Pengelola Simpul Space I & II (Ruang Kreatif Komunitas) di Kota Bandung, punya tanggng jawab moral yang bisa dibanggakan dan manfaat bagi orang lain. “Bisa dibayangkan jika semua komunitas berkumpul dan saling unjuk kebolehan, saya yakin potensi idenya bisa lebih keluar. Maka itu ruang publik itu harus benar-benar dihidupkan. Coba saja lihat Dago car free day, sejumlah komunitas terlihat semangat dan antusias menampilkan keterampilan mereka,” ucap Galih, yang kini juga menjadi Kontributor Foto Majalah Hallo Bandung.
          Fotografi adalah bagian dari sektor kreatif, maka dari itu Galih juga terlibat dalam berbagai komunitas kreatif. Dunia kreatif memang cukup bumming akhir-akhir ini baik gembar-gembor dari pemerintah maupun komunitas. Apalagi setelah acara-acara yang digelar oleh BCCF begitu padat tiap bulan dan bahkan hampir tiap hari selalu ada kegiatan di Simpul Space asuhan Galih.


*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Cyber

No comments:

Post a Comment