January 18, 2013

Ciptakan Reaktor Pengelola Sampah


Oleh: Mulyadi Saputra

foto ilustrasi: gembelink7.blogspot.com
Polemik mengenai Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTS) yang akan dan sedang dibangun di kawasan Gedebage Bandung masih terus terdengar. Dengan berbagai alasan masyarakat menolak pembangkit tersebut, karena dinilai akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan udara. Padahal pengelolaan sampah hingga menjadi tenaga listrik cukup menjadi solusi permasalah Kota Bandung. Solusi tersebut selain menciptakan energi terbarukan, juga menanggulangi sampah yang terus menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Melihat hal tersebut, Kelompok Keahlian (KK) Rekayasa Instrumentasi
dan Energi di bawah Fakultas Saint dan Teknologi, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) turut tergerak untuk memberikan solusi. KK ini melakukan riset-riset seputar energi terbarukan salah satunya pengelolaan sampah hingga menjadi tenaga listrik dan pupuk organik nan bermanfaat.
“Ini bisa jadi solusi dari masalah sampah Kota Bandung yang hingga kini masih belum usai. Seperti yang di  Gedebage, tapi di sana metodenya terbuka. Sehingga menuai protes dari mana-mana, karena aspek lingkungan dari bau dan membutuhkan area yang sangat luas sehingga menjadi terlalu mahal. Terlalu mahal dalam artian banyak aspek yang harus diperhatikan,” ujar Ketua KK Rekayasa Instrumentasi dan Energi IT Telkom, Mukhammad Ramdlan Kirom, M.Si.
KK ini melakukan riset berbeda mengenai pengelolaan sampah Kota Bandung, lebih ramah lingkungan dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Energi yang dihasilkan pun cukup besar, dari ribuan ton sampah rumah tangga perharinya. Bila bisa dikelola dengan baik tentu dua permasalahan sekaligus dapat teratasi, yakni penumpukan sampah dan penyuplay energi listrik.
“Nah, reaktor yang sedang kami lakukan riset ini kapasitasnya bisa dikembangkan dalam skala besar. Di Bandung perhari ada ribuan ton sampah, kalau itu bisa dikelola dengan sistem yang sedang kami kembangkan, tidak akan menyebabkan bau, tempatnya juga tidak teralalu luas, bisa hasilkan listrik yang besar. Inilah salah satu ide dari IT Telkom dalam menghadapi permasalahan sampah yang ada di kota ini,” ungkapnya.
KK Rekayasa Instrumentasi dan Energi ini dibentuk sejak tahun 2010 silam, yang fokus kepada riset dan pengembangan energi-energi terbarukan seperti angin, air, biogas, dan matahari. Tak hanya melakukan penelitian semata, tetapi juga melakukan bimbingan terhadap mahasiswa dan juga pengabdian kepada masyarakat.
Dalam pengabdian masyarakat, KK yang pendiriannya didorong oleh ide rekayasa energi ini melibatkan mahasiswa dan masyarakat di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. “Kita juga melakukan pendampingan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan penyusunan Tugas Akhir (TA), mahasiswa yang ikut serta dalam Pimnas (Pekan Ilmiah Nasional), juga melakukan aplikasi pengabdian masyarakat di Soreang dengan membuat reaktor biogas, saat ini masyarakat di wilayah itu sudah bisa menikmatinya,” tambah Akhmad Ramadlan.
Salah satu kelompok mahasiswa yang lolos dalam Pimnas mengangkat topik ‘Sosialisasi Energi Biogas di Masyarakat’, dan KK yang memiliki anggota tujuh orang ini menjadi pendampingnya. “Selama ini masyarakat menganggap energi itu berasal dari minyak, elpiji dan batu bara, padahal, seperti sampah organik juga bisa menhasilkan energy biogas. Bisa untuk memasak dan kebutuhan lainnya. Di Soreang kami mengembangkan biogas dari kotoran kuda dan benda organik lainnya,” tandasnya.
Namun Akhmad Ramdlan, mengakui banyak kekurangan dalam hal laboratorium, meski dapat diatasi, sehingga riset pengelolaan sampah dapat terus berjalan meski ada kendala-kendala infrastruktur. Projek ini menurut Akhmad Ramdlan adalah projek jangka panjang, tidak terburu-buru agar mengasilkan penelitian yang benar-benar maksimal dan menjadi solusi utama masalah sampah dan kekurangan pasokan energi listrik.
“Targetnya 2013 sudah terbuat semua model, sekarang kami masih bicarakan aspek model yang akan dibuat. Mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan sudah bisa dirumuskan hingga aspek ekonominya bahkan kajian tata kota,” tuturnya.
Semoga saja, riset yang dikembangkan oleh IT Telkom ini benar-benar menjadi pemecahan masalah sampah yang hingga kini masih terus menyelimuti Kota Kembang. Tunggu saja hasilnya.

No comments:

Post a Comment