Polemik mengenai Pusat Listrik Tenaga
Sampah (PLTS) yang akan dan sedang dibangun di kawasan Gedebage Bandung masih
terus terdengar. Dengan berbagai alasan masyarakat menolak pembangkit tersebut,
karena dinilai akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan udara. Padahal
pengelolaan sampah hingga menjadi tenaga listrik cukup menjadi solusi permasalah
Kota Bandung. Solusi tersebut selain menciptakan energi terbarukan, juga
menanggulangi sampah yang terus menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Melihat hal tersebut, Kelompok Keahlian
(KK) Rekayasa Instrumentasi
dan Energi di bawah Fakultas Saint dan Teknologi, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) turut tergerak untuk memberikan solusi. KK ini melakukan riset-riset seputar energi terbarukan salah satunya pengelolaan sampah hingga menjadi tenaga listrik dan pupuk organik nan bermanfaat.
dan Energi di bawah Fakultas Saint dan Teknologi, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) turut tergerak untuk memberikan solusi. KK ini melakukan riset-riset seputar energi terbarukan salah satunya pengelolaan sampah hingga menjadi tenaga listrik dan pupuk organik nan bermanfaat.
“Ini bisa jadi solusi dari masalah
sampah Kota Bandung yang hingga kini masih belum usai. Seperti yang di Gedebage, tapi di sana metodenya terbuka.
Sehingga menuai protes dari mana-mana, karena aspek lingkungan dari bau dan membutuhkan
area yang sangat luas sehingga menjadi terlalu mahal. Terlalu mahal dalam
artian banyak aspek yang harus diperhatikan,” ujar Ketua KK Rekayasa Instrumentasi
dan Energi IT Telkom, Mukhammad Ramdlan Kirom, M.Si.
KK ini melakukan riset berbeda mengenai
pengelolaan sampah Kota Bandung, lebih ramah lingkungan dan tidak membutuhkan
tempat yang luas. Energi yang dihasilkan pun cukup besar, dari ribuan ton
sampah rumah tangga perharinya. Bila bisa dikelola dengan baik tentu dua
permasalahan sekaligus dapat teratasi, yakni penumpukan sampah dan penyuplay
energi listrik.
“Nah, reaktor yang sedang kami lakukan
riset ini kapasitasnya bisa dikembangkan dalam skala besar. Di Bandung perhari
ada ribuan ton sampah, kalau itu bisa dikelola dengan sistem yang sedang kami
kembangkan, tidak akan menyebabkan bau, tempatnya juga tidak teralalu luas,
bisa hasilkan listrik yang besar. Inilah salah satu ide dari IT Telkom dalam
menghadapi permasalahan sampah yang ada di kota ini,” ungkapnya.
KK Rekayasa Instrumentasi dan Energi ini
dibentuk sejak tahun 2010 silam, yang fokus kepada riset dan pengembangan
energi-energi terbarukan seperti angin, air, biogas, dan matahari. Tak hanya
melakukan penelitian semata, tetapi juga melakukan bimbingan terhadap mahasiswa
dan juga pengabdian kepada masyarakat.
Dalam pengabdian masyarakat, KK yang pendiriannya
didorong oleh ide rekayasa energi ini melibatkan mahasiswa dan masyarakat di
wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. “Kita juga melakukan pendampingan terhadap
mahasiswa yang sedang melakukan penyusunan Tugas Akhir (TA), mahasiswa yang
ikut serta dalam Pimnas (Pekan Ilmiah Nasional), juga melakukan aplikasi
pengabdian masyarakat di Soreang dengan membuat reaktor biogas, saat ini
masyarakat di wilayah itu sudah bisa menikmatinya,” tambah Akhmad Ramadlan.
Salah satu kelompok mahasiswa yang lolos
dalam Pimnas mengangkat topik ‘Sosialisasi Energi Biogas di Masyarakat’, dan KK
yang memiliki anggota tujuh orang ini menjadi pendampingnya. “Selama ini
masyarakat menganggap energi itu berasal dari minyak, elpiji dan batu bara, padahal,
seperti sampah organik juga bisa menhasilkan energy biogas. Bisa untuk memasak
dan kebutuhan lainnya. Di Soreang kami mengembangkan biogas dari kotoran kuda
dan benda organik lainnya,” tandasnya.
Namun Akhmad Ramdlan, mengakui banyak
kekurangan dalam hal laboratorium, meski dapat diatasi, sehingga riset
pengelolaan sampah dapat terus berjalan meski ada kendala-kendala infrastruktur.
Projek ini menurut Akhmad Ramdlan adalah projek jangka panjang, tidak
terburu-buru agar mengasilkan penelitian yang benar-benar maksimal dan menjadi
solusi utama masalah sampah dan kekurangan pasokan energi listrik.
“Targetnya 2013 sudah terbuat semua
model, sekarang kami masih bicarakan aspek model yang akan dibuat.
Mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan sudah bisa dirumuskan hingga aspek
ekonominya bahkan kajian tata kota,” tuturnya.
Semoga saja, riset yang dikembangkan
oleh IT Telkom ini benar-benar menjadi pemecahan masalah sampah yang hingga
kini masih terus menyelimuti Kota Kembang. Tunggu saja hasilnya.
No comments:
Post a Comment