Oleh: Mulyadi Saputra
sumber foto: |
Beberapa tahun ini budaya korea selatan
(Korsel) semakin dahsyat perkembangannya, mewabah pula ke Indonesia yang akhir-akhir ini remajanya
sedang demam Korea. Budaya Korea atau kerap di sebut K-POP memang terus
mewabah, dari life style hingga seni musik. Lebih dahsyatnya lagi, Korsel
cermat dalam menyiasati hal ini, sehingga budaya yang merebak tersebut
dipadukan dengan bisnis hingga memperoleh keuntungan financial nan besar. Lalu,
apa sebenarnya kiat yang dilakukan Korsel dalam mengembangkan bisnis budayanya,
mengapa Indonesia tidak bisa mengembangkan hal serupa?
Ini memang fenomena menarik yang
tengah berkembang dibelahan dunia, terutama Asia. Bicara Korea tak lepas dari
Hallyu atau Korean Wave yang merupakan sebuah penamaan dari kebudayaan Korea
yang berkembang beberapa dekade terakhir ini. Hallyu mulai digemari oleh
penduduk Asia mulai sekitaran tahun 1990an terutama di China, Jepang dan
beberapa kawasan Asia Tenggara. Berawal dari industri hiburan yakni K-Pop dan
K-Drama yang mengawali era kebudayaan Korea di kancah internasional.
Kesuksesan Korea dalam industri
hiburan tersebut hasil dari mengikutsertakan nilai, pola hidup, kehidupan
sosial, sistem dan tradisi serta kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Korea
yang mulai dinikmati oleh masyarakat global. Proses inilah yang disebut sebagai
koreanization. Bahkan hal ini juga
turut membawa dampak positif bagi industri fashion, teknologi, maupun otomotif
di Korea. Tingginya permintaan atas barang-barang elektronik buatan Korea di
beberapa negara di dunia menjadi pembuktian atas skenario besar yang dirancang
untuk menguasai peradaban manusia.
Kebanggaan dan kepercayaan diri
yang tinggi telah mengangkat derajat negara Korea dari sebuah kungkungan masa
lalu yang memaksa mereka menyerah pada Cina dan Jepang. Hasrat ingin menjadi
sebuah kekuatan baru di Asia dengan sedikit terinsipirasi dari Confusianisme
China dan sedikit mengabaikan sensasionalisme Barat telah mendegradasi dominasi
yang cenderung keras oleh dunia barat. Dengan kemasan yang lebih menarik dan
indah, distorsi kebudayaan menjadikan Hallyu menjadi sesuatu yang mudah untuk
diterima dan diserap. Tidak dapat dinafikan budaya Pop Korea adalah sebuah
proyek globalisasi yang berusaha membangun citra positif Korea Selatan di mata
Internasional, sehingga menimbulkan ketertarikan dan keingintahuan lebih lanjut
untuk mempelajari tentang kebudayaannya lebih dalam. Pencitraan memang menjadi
faktor penentu suatu negara untuk mendapatkan kerpcayaan dunia internasional.
Berangkat dari sana pula
bidang-bidang bisnis di Korea semakin melejit bak roket penembus bulan. Dari segi
teknologi produk Korea mampu bersaing di kancah internasional, bahkan tak
tanggung-tanggung, produk asal negeri gingseng ini bersaing face to face dengan Jepang, Amerika dan
Eropa. Misalnya untuk Smartphone buatannya, mampu bersaing langsung dengan
buatan Jepang, Amerika, dan Eropa. Lalu, untuk produk atomotif, merk dari Korea
semakin di minati di berbagai negara di dunia.
Hal tersebut tak lepas dari
budaya dan pencitraan yang mereka buat dan kembangkan. Teknologi selalu
diselipkan diantara budaya K-Pop dan K-Drama. Sehingga pengenalan terhadap
produk sekain cepat sampai pada konsumen. Sebab budayanya telah lebih dulu
merasuk dan mewabah di tengah masyarakat berbagai negara. Pemuda Indonesia
misalnya, tak sedikit yang memiliki hobi menonton film-film hingga mengagumi
artis Band asal Korea.
Lalu, bagaimana dengan budaya dan
bisnis di Indonesia? Negara tercinta ini memiliki ribuan budaya, tiap daerah memiliki budaya yang menarik dan unik.
Namun, Indonesia sepertinya belum memasukkan bisnis pada budaya sehingga budaya
bisnisnya pun belum mampu bersaing di kancah internasional. Selain itu, budaya Indonesia
bisa dibilang bertahan di ranah tradisional, layaknya budaya Hallyu di Korea
yang terus dimodernisasi hingga menimbulkan ketertarikan tiap generasi.
Tak hanya itu, Indonesia secara
pencitraan memang terbilang kurang, sehingga mata internasional belum semuanya
melihat ke arah budaya Indonesia. Sehingga untuk membisniskan budaya serta
menyelipkan produk Indonesia diatara budaya pun tak sepenuhnya terlaksana. Jadi,
yang perlu dilakukan oleh bangsa ini anatara lain yakni menyebarkan dan
melakukan pencitraan melalui seni budaya yang sebelumnya telah dicampur dengan
budaya modern. Jika seni budaya Indonesia telah melambung di kancah
internasional, otomatis pencitraan serta produk asal Indonesia akan mudah
diselipkan. Hingga Indonesia mampu bersaing dan mengalahkan negara –negara maju
di dunia. Buktikan saja! (dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment